GESITT DAN LIMA PILAR
Gerakan silaturrahiim atau lebih kita kenal dengan nama Gesitt ini bukanlah lembaga, organisasi ataupun yayasan. Gesitt lahir karena adanya keinginan bersama untuk menjalankan amanah agar senantiasa kita bersilaturrahiim. Silaturrahiim tetap jalan, tanpa putus, tanpa berlama-lama, dan tanpa kepentingan politik.
Gesitt terlahir di Tebuireng, dan mau tidak mau Gesiit banyak mengadopsi keilmuan yang didapatkan di Pesantren Tebuireng. Ada 5 (lima) pilar karakter Pesantren Tebuireng, pertama: Ikhlas, Kedua: Jujur, ketiga: Tanggung Jawab, keempat: Bekerja Keras, kelima: Tasamuh/Toleransi.
Refleksi selama 2 (dua) tahun berdirinya Gesitt ini ada bebarapa hal yang tentunya Gesitt banyak menghadirkan hal baru dan dinamis dalam perkembangannya. Terdapat benang merah antara Gesitt dan lima pilar Pesantren Tebuireng:
Pertama; Ikhlas. Dalam setiap gerakan yang dilakukan oleh Gesitt tentunya ikhlas menjadi pondasi utama. Seperti kita banyak melakukan perjalanan silaturrahiim yang tidak hanya menguras tenaga namun finansial, akan tetapi hal tersebut bukanlah hambatan utama untuk tidak melakukan silaturrahiim. Bahkan di Futsal Gesitt FC yang notabene dimensi gerakan Gesitt ke olahraga pungutan untuk menyewa lapangan futsal tidak berdasar pada nominal, semua bebas menyumbang, dan tidak menyumbang juga tidak apa-apa. Meskipun ada beberapa dari anggota yang tidak tahu, mereka merasakan ketidakadilan ketika ada yang tidak menyumbang di Futsal, namun itu tidak masalah karena mungkin anggota tersebut belum tahu mengenai iklhas.
Kedua; Jujur. Jujur sangat penting dalam menjalan aktifitas silaturrahiim. Jujur tidak hanya dalam perkataan, namun juga jujur pada perbuatan dan lebih-lebih jujur dalam pikiran. Dalam setiap komunikasi di Gesitt, jujur membuat kita merasa aman dan nyaman. Ketika segelas kopi dan gorengan dalam putaran sinau Gesitt, maka bahasa guyonan, kritik, dan apa adanya adalah hal lumrah kita temui. Asalkan hal tersebut disampaikan secara jujur, maka setidaknya akan meringankan gejala virus yang ada diotak tentang kebohongan-kebohongan yang sistematis.
Ketiga; Tanggung Jawab. Komandan bertugas mengayomi anggotanya, tanggung jawab tersebut benar-benar dilakukan, bahkan ada anggota yang membelot dan punya banyak kepentingan pun masih di perlakukan baik oleh komandan. Dan peran komandan yang membuat Gesitt masih berkembang di Tebuireng. Seorang pemimpin hendaknya memiliki jiwa bertanggung jawab, karena dengan tanggung jawab semua yang diinginkan bersama bisa berjalan dengan baik.
Keempat; Bekerja Keras. Setelah sekian jam bekerja formal, anggota Gesitt masih menyempatkan diri pada beberapa waktu untuk bersilaturrahiim. Tidak kenal lelah untuk untuk menjalankan amanah seperti menjenguk teman yang sakit, bertakziah, menghadiri undangan pernikahan, ataupun datang hanya sekedar minum kopi dan menghilangkan penatnya pekerjaan. Di Gesitt juga ada GFC atau Gesitt Fun Club yang berfungsi untuk memfasilitasi pelajar yang mau belajar dengan anggota Gesitt. GFC biasanya dicari pelajar untuk menambah materi pelajaran mereka diluar pembelajaran efektif di sekolahan.
Kelima; Tasamuh/Toleransi. Toleransi sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktifitas bersama ataupun sosial. Jika ada anggota yang tidak hadir bukan malah di umpat ataupun di hina, melainkan tetap dihubungi jika ada kegiatan atau acara di Gesitt. Di Gesitt identitas anggotanya beragam, ada yang NU, Muhammadiyah, PKS, PKB, PAN, Nasionalis, Guru, Pedagang, Penyiar, EO, Satpam, dan lain-lain. Semua itu dirangkul untuk menjaga marwah silaturrahiim.
Gesitt bukan parpol, jadi jaga niat anda di Gesitt. Gesitt bukan mencari kekayaan, jadi jangan berharap Gesitt memberi rupiah kepada anda. Gesitt bukan mencari jabatan, jadi tidak ada gunanya jabatan dan pangkat kalian di Gesitt. Gesitt bukan gerombolan tikus, tapi kumpulan harimau yang tidak mau mengambil hak orang lain. “Gesitt adalah Gerakan Silaturrahim titik dan bukan koma”. (Fauzing)
Gesitt terlahir di Tebuireng, dan mau tidak mau Gesiit banyak mengadopsi keilmuan yang didapatkan di Pesantren Tebuireng. Ada 5 (lima) pilar karakter Pesantren Tebuireng, pertama: Ikhlas, Kedua: Jujur, ketiga: Tanggung Jawab, keempat: Bekerja Keras, kelima: Tasamuh/Toleransi.
Refleksi selama 2 (dua) tahun berdirinya Gesitt ini ada bebarapa hal yang tentunya Gesitt banyak menghadirkan hal baru dan dinamis dalam perkembangannya. Terdapat benang merah antara Gesitt dan lima pilar Pesantren Tebuireng:
Pertama; Ikhlas. Dalam setiap gerakan yang dilakukan oleh Gesitt tentunya ikhlas menjadi pondasi utama. Seperti kita banyak melakukan perjalanan silaturrahiim yang tidak hanya menguras tenaga namun finansial, akan tetapi hal tersebut bukanlah hambatan utama untuk tidak melakukan silaturrahiim. Bahkan di Futsal Gesitt FC yang notabene dimensi gerakan Gesitt ke olahraga pungutan untuk menyewa lapangan futsal tidak berdasar pada nominal, semua bebas menyumbang, dan tidak menyumbang juga tidak apa-apa. Meskipun ada beberapa dari anggota yang tidak tahu, mereka merasakan ketidakadilan ketika ada yang tidak menyumbang di Futsal, namun itu tidak masalah karena mungkin anggota tersebut belum tahu mengenai iklhas.
Kedua; Jujur. Jujur sangat penting dalam menjalan aktifitas silaturrahiim. Jujur tidak hanya dalam perkataan, namun juga jujur pada perbuatan dan lebih-lebih jujur dalam pikiran. Dalam setiap komunikasi di Gesitt, jujur membuat kita merasa aman dan nyaman. Ketika segelas kopi dan gorengan dalam putaran sinau Gesitt, maka bahasa guyonan, kritik, dan apa adanya adalah hal lumrah kita temui. Asalkan hal tersebut disampaikan secara jujur, maka setidaknya akan meringankan gejala virus yang ada diotak tentang kebohongan-kebohongan yang sistematis.
Ketiga; Tanggung Jawab. Komandan bertugas mengayomi anggotanya, tanggung jawab tersebut benar-benar dilakukan, bahkan ada anggota yang membelot dan punya banyak kepentingan pun masih di perlakukan baik oleh komandan. Dan peran komandan yang membuat Gesitt masih berkembang di Tebuireng. Seorang pemimpin hendaknya memiliki jiwa bertanggung jawab, karena dengan tanggung jawab semua yang diinginkan bersama bisa berjalan dengan baik.
Keempat; Bekerja Keras. Setelah sekian jam bekerja formal, anggota Gesitt masih menyempatkan diri pada beberapa waktu untuk bersilaturrahiim. Tidak kenal lelah untuk untuk menjalankan amanah seperti menjenguk teman yang sakit, bertakziah, menghadiri undangan pernikahan, ataupun datang hanya sekedar minum kopi dan menghilangkan penatnya pekerjaan. Di Gesitt juga ada GFC atau Gesitt Fun Club yang berfungsi untuk memfasilitasi pelajar yang mau belajar dengan anggota Gesitt. GFC biasanya dicari pelajar untuk menambah materi pelajaran mereka diluar pembelajaran efektif di sekolahan.
Kelima; Tasamuh/Toleransi. Toleransi sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktifitas bersama ataupun sosial. Jika ada anggota yang tidak hadir bukan malah di umpat ataupun di hina, melainkan tetap dihubungi jika ada kegiatan atau acara di Gesitt. Di Gesitt identitas anggotanya beragam, ada yang NU, Muhammadiyah, PKS, PKB, PAN, Nasionalis, Guru, Pedagang, Penyiar, EO, Satpam, dan lain-lain. Semua itu dirangkul untuk menjaga marwah silaturrahiim.
Gesitt bukan parpol, jadi jaga niat anda di Gesitt. Gesitt bukan mencari kekayaan, jadi jangan berharap Gesitt memberi rupiah kepada anda. Gesitt bukan mencari jabatan, jadi tidak ada gunanya jabatan dan pangkat kalian di Gesitt. Gesitt bukan gerombolan tikus, tapi kumpulan harimau yang tidak mau mengambil hak orang lain. “Gesitt adalah Gerakan Silaturrahim titik dan bukan koma”. (Fauzing)
Comments
Post a Comment